Perincian tentang Dua Puluh Sifat Allah
berdasarkan Kitab Nurul Jalaal Fii
Makrifatil Ilahi Dzul Jalaal yang selesai disusun pada 1346 H oleh Syaikh Asahan, Imam Besar Masjidil Haram untuk bidang Tauhid. Jangan salah paham
tentang Sifat 20 ini, bukan berarti Sifat Tuhan itu hanya 20 saja. Sifat Tuhan
tidak terhingga banyaknya, tetapi cukup dengan mengetahui 20 Sifat yang ada
disebutkan di dalam Quran itu dapatlah kita mengenal Allah. Mana Sifat-Sifat
Allah yang ada dalam Quran itu?
No
|
Sifat
|
Dalil
|
Nama
|
1
|
Wujud
|
Q.S.
As-Sajadah: 4
|
Nafsiah
|
2
|
Qidam
|
Q.S.
Al-Hadid: 3
|
Qalbiah
|
3
|
Baqa
|
Q.S.
Al-Qashash: 88
|
|
4
|
Mukhalafah
|
Q.S.
As-Syu`ara: 11
|
|
5
|
Qiyamuhu
|
Q.S.
Muhammad: 38
|
|
6
|
Wahdaniah
|
Q.S.
Al-Ikhlas: 1
|
|
7
|
Qudrat
|
Q.S.
Al-Baqarah: 109
|
Ma’ani
|
8
|
Iradat
|
Q.S.
Yasin: 82
|
|
9
|
Ilmu
|
Q.S.
Al-Mujadalah: 7
|
|
10
|
Hayat
|
Q.S.
Al-Baqarah: 255
|
|
11
|
Sama`
|
Q.S.
An-Nisa: 148
|
|
12
|
Bashar
|
Q.S.
Al-Hajj: 75
|
|
13
|
Kalam
|
Q.S.
An-Nisa: 164
|
|
14
|
Qadirun
|
Q.S.
Al-Baqarah: 109
|
Ma’nawiyah
|
15
|
Muridun
|
Q.S.
Yasin: 82
|
|
16
|
`Alimun
|
Q.S.
Al-Mujadalah: 7
|
|
17
|
Hayyun
|
Q.S.
Al-Baqarah: 255
|
|
18
|
Sami`un
|
Q.S.
An-Nisa: 148
|
|
19
|
Bashirun
|
Q.S.
Al-Hajj: 75
|
|
20
|
Mutakalimun
|
Q.S.
An-Nisa: 164
|
Kedua puluh Sifat Wajib itu di dalamnya terkandung bermacam-macam Nama :
- Sifat Kamalat atau Kemuliaan Tuhan. Sekalian Sifat 20 itulah dinamai Sifat Kamalat.
- Sifat Hal Nafsiyah, yaitu tentang Diri. Dalam Sifat Nafsiyah ini hanya Sifat Wujud saja. Selain dari Sifat Wujud, tidak ada.
- Sifat Salbiyah, yang termasuk Sifat Salbiyah ini hanya lima, yakni
1)
Qidam,
2)
Baqa,
3)
Mukhalafah,
4)
Qiyamuhu,
5)
Wahdaniyah.
- Sifat Ma`ani, yang termasuk Sifat Ma`ani ada tujuh, yakni
1)
Qudrat
2)
Iradat
3)
Ilmu
4)
Hayat
5)
Sama`
6)
Bashar
7)
Kalam.
- Sifat Maknawiyah ada 7, yakni
1)
Qadirun
2)
Muridun
3)
`Alimun
4)
Hayyun
5)
Sami`un
6)
Basihrun;
7)
Mutakalimun.
- Sifat Idrak, artinya Mengetahui
1)
Ilmu
2)
Sama
3)
Bashar
- Sifat Ta`sir
1)
Qudrat;
2)
Iradat;
3)
Ilmu;
4)
Hayat.
No
|
Sifat
|
Dalil
|
Nama
|
1
|
Wujud
|
Q.S.
As-Sajadah: 4
|
Istirna
|
2
|
Qidam
|
Q.S.
Al-Hadid: 3
|
|
3
|
Baqa
|
Q.S.
Al-Qashash: 88
|
|
4
|
Mukhalafah
|
Q.S.
As-Syu`ara: 11
|
|
5
|
Qiyamuhu
|
Q.S.
Muhammad: 38
|
|
6
|
Sama`
|
Q.S.
An-Nisa: 148
|
|
7
|
Bashar
|
Q.S.
Al-Hajj: 75
|
|
8
|
Kalam
|
Q.S.
An-Nisa: 164
|
|
9
|
Sami`un
|
Q.S.
An-Nisa: 148
|
|
10
|
Bashirun
|
Q.S.
Al-Hajj: 75
|
|
11
|
Mutakalimun
|
Q.S.
An-Nisa: 164
|
|
1
|
Wahdaniah
|
Q.S.
Al-Ikhlas: 1
|
Iftikhar
|
2
|
Qudrat
|
Q.S.
Al-Baqarah: 109
|
|
3
|
Iradat
|
Q.S.
Yasin: 82
|
|
4
|
Ilmu
|
Q.S.
Al-Mujadalah: 7
|
|
5
|
Hayat
|
Q.S.
Al-Baqarah: 255
|
|
6
|
Qadirun
|
Q.S.
Al-Baqarah: 109
|
|
7
|
Muridun
|
Q.S.
Yasin: 82
|
|
8
|
`Alimun
|
Q.S.
Al-Mujadalah: 7
|
|
9
|
Hayyun
|
Q.S.
Al-Baqarah: 255
|
- Sifat Istirna, artinya Kaya, yang tergolong sifat ini ada 11, yakni :
1)
Wujud;
2)
Qidam;
3)
Baqa;
4)
Mukhalafah;
5)
Qiyamuhu;
6)
Sama`;
7)
Bashar;
8)
Kalam;
9)
Sami`un
10)
Bashirun
11)
Mutakalimun
Sifat Kaya-nya Allah
tidak ada berhajat kepada makhluk dan tidak berkeperluan kepada apa pun. Kamu
taat, Allah tidak beruntung. Kamu tidak taat, Allah tidak merugi karena Tuhan
bersifat Kaya, tidak bersifat kekurangan. Karena Tuhan Kaya, Dia tidak
mengambil faidah atas taatnya makhluk dan tidak juga menjadi kerugian atas
tidak taatnya makhluk. Baik yang dikerjakan makhluk, baik juga yang didapatnya.
Buruk yang dikerjakan makhluk, buruk juga yang didapatnya.
- Sifat Iftikhar artinya Sifat Dibutuhkan. Maksudnya berkehendak dan berhajat sekalian makhluk kepada Tuhan. Sifat ini dinamai Sifat Iftikhar karena baru alam berkeperluan kepada Tuhan. Dari sifat ini kita mengetahui bahwa Tuhan itu tidak ada berhajat kepada makhluk. Sebaliknya, makhluk berkeperluan kepada Tuhan. Sifat Iftikhar ada 9 yaitu :
1.
Wahdaniyah
2.
Qudrat
3.
Iradat
4.
Ilmu
5.
Hayat
6.
Qadirun`
7.
Muridun
8.
`Alimun
9.
Hayyun
Perlu juga kita mengetahui yang harus pada
Zat Allah Swt. Hanya satu macam yang harus pada Zat Allah itu, yakni Tuhan
mungkin menjadikan atau mungkin juga tidak menjadikan. Tuhan boleh
meng-ada-kan, boleh juga tidak meng-ada-kan. Arti meniadakan juga berarti
menghabiskan atau membinasakan.
Segala yang belum di-ada-kan Tuhan, itulah
yang disebut harus. Seperti kita sekarang ini, sebelum kita ada bernama mungkin
yang belum ada. Maka Tuhan mengadakan kita. Tuhan meng-ada-kan kita ini namanya
Tuhan meng-ada-kan yang mungkin. Jadi hukumnya harus bagi Tuhan, bukan wajib.
Kita boleh di-ada-kan Tuhan dan boleh juga tidak di-ada-kan Tuhan.
Bukan ibu-bapak yang membuat kita ada
karena Nabi Adam a.s. tidak ada ibu-bapaknya. Siti Hawa tidak ada ibunya, Nabi
Isa a.s. tidak ada bapaknya.
Ada juga orang bersuami-istri
bertahun-tahun tidak mempunyai anak. Ada juga orang bersuami istri mempunyai
anak. Namun, anaknya itu dijadikan oleh Tuhan, bukan oleh suami-istri tadi
karena banyak juga anak yang lahir dalam keadaan yang tidak diinginkan oleh
ibu-bapaknya, seperti terlahir cacat atau buruk rupa. Anak yang cacat atau
buruk itu, ibu-bapaknya tidak bisa menggantikan atau tidak bisa mencari
gantinya. Kalau anak-anak yang dilahirkan itu karena kemauan ibu-bapaknya,
pasti semua anak di dunia ini terlahir normal dan cantik-cantik tampan-tampan;
tidak ada yang cacat atau buruk rupa. Inilah nyata bahwa menjadikan itu bagi
Tuhan sifatnya harus/boleh jadi, bukan wajib.
Kemauan kita dengan kemauan Tuhan tidak
bisa sama. Kalau kita ikut nafsu kita, itulah ‘li nafsu’. Ikutlah
kemauan Tuhan, maka disukai Tuhan: tepat waktu. Kalau kemauan kita kita bawa di
dalam ibadah, dikatakan niat tidak ikhlas karena kemauan kita ‘li nafsu’. Nafsunya yang beribadah.
Ibadah yang seperti itulah yang dipukulkan
kembali pada diri orang yang beribadah itu. Karena dia beribadah secara li nafsu, bukan lillahi ta`ala. Padahal setiap lilllahi
ta`ala musti billahi ta`ala.
Kalau sudah lillahi ta`ala, tidak ada
campur nafsu lagi. Jangan dikira yang disebut ibadah itu tidak bisa
membinasakan diri kita sendiri.
Beginilah halusnya tauhid dalam menilai
lillahi ta`ala. Ibadah yang disukai Tuhan : tepat waktu. Kalau
sudah masuk waktu lalu masih "sebentar
lagi-sebentar lagi", itu kalau kemudian dia beribadah sudah dengan
niat yang tidak ikhlas. Ada juga yang ujung ujungnya malah tidak jadi beribadah.
Ayolah, kita ubah cara-cara seperti ini.
“Padahal setiap lilllahi ta`ala musti billahi ta`ala”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar