2016-06-11

Al Hikam


        

Buku Pertama



Sikap Orang ‘Arif ketika Khilaf
[1] Diantara Tanda Sikap mengandalkan amal ialah berkurangnya harap kepada ALLAH tatkala khilaf.

Sikap Orang ‘Arif ketika dianugerahi Ahwaal Tajrid dan Ahwal Isytighaal
[2] Keinginanmu untuk lepas dari urusan duniawi, padahal ALLAH telah menempatkanmu disana, termasuk syahwat yang tersamar. Dan keinginanmu untuk masuk ke dalam kesibukan duniawi, padahal ALLAH telah melepaskanmu darinya, sama saja dengan mundur dari tekad luhur.

Orang ‘Aarif tidak mencampuri urusan ALLAH
[3] Tekad yang kuat takkan mampu menembus dinding takdir.
[4] Istiratkan dirimu dari kesibukan mengurusi duniamu. Urusan yang telah diatur ALLAH tak perlu kau sibuk ikut campur.
[5] Kegigihanmu dalam mencari apa yang telah dijamin untukmu dan kekuranganmu dalam melaksanakan apa yang diminta darimu menjadi bukti butanya mata hatimu.

Ditundanya pemberian ALLAH jangan melemahkan semangatmu untuk meminta.
[6] Jangan sampai tertundanya karunia Tuhan kepadamu, setelah kau mengulang-ulang doamu, membuatmu putus asa karena DIA menjamin pengabulan doa sesuai pilihan-NYA, bukan sesuai pilihanmu, pada waktu yang diinginkan-NYA, bukan pada waktu yang kau inginkan.
[7] Janji yang tak dipenuhi Tuhanmu pada waktunya jangan sampai membuatmu ragu agar keraguan itu tidak menjadi perusak pandanganmu dan pemadam cahaya kalbumu.

Makrifat ALLAH tidak ada kaitannya dengan amalmu.
[8] Jika Tuhan membukakan untukmu pintu makrifat, jangan kaupertanyakan amalmu yang sedikit karena DIA tidak akan membukakan pintu makrifat, kecuali karena ingin memperkenalkan Diri-NYA kepadamu. Tahukah kau bahwa makrifat merupakan anugerah-NYA untukmu, sedangkan amalmu adalah persembahan untuk-NYA. Tentu, persembahanmu takkan sebanding dengan anugerah-NYA.

Ruh amal adalah Ikhlas.
[9] Jenis amal itu bermacam – macam karena asupan hati juga beragam.
[10] Amal itu seumpama jasad, sedangkan keikhlasan adalah ruhnya.

Kemasyhuran sangat membahayakan seorang Muriid.
[11] Kuburlah dirimu di tanah kerendahan karena sesuatu yang tumbuh tanpa dikubur (ditanam) hasilnya kurang sempurna.
[12] Tiada yang lebih berguna bagi hati selain uzlah. Dengannya, hati memasuki lapangan tafakur.

Hati tidak mungkin bersinar manakala keduniaan menutupinya
[13] Bagaimana mungkin kalbu akan bersinar, sedangkan bayang bayang dunia masih terpampang dicerminnya? Bagaimana mungkin akan pergi menyongsong Ilahi, sedangkan ia masih terbelunggu nafsunya? Bagaimana mungkin akan bertamu kehadirat-NYA, sedangkan ia belum bersuci dari kotoran kelalainannya? Bagaimana mungkin diharapkan dapat menyingkap berbagai rahasia, sedangkan ia belum bertobat dari kekeliruannya?

Wujud ALLAH itu jelas dan tidak terhalangi oleh sesuatu
[14] Semesta itu seluruhnya gulita. Ia hanya akan diterangi oleh wujud ALLAH. Siapa yang melihat semesta, namun tidak melihat-NYA disana atau tidak melihat-NYA ketika, sebelum, atau sesudah melihat semesta, berarti ia telah disilaukan oleh cahaya – cahaya lain dan terhalang dari surya makrifat karena tertutup tebalnya awan dunia.
[15] Diantara tanda kekuasaan ALLAH adalah DIA mampu menghalangimu dari melihat-NYA dengan sesuatu yang tidak ada.
[16] Bagaimana bisa Tuhan terhalang sesuatu, padahal DIA yang menampakkan segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal DIA tampak bersama segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal DIA tampak pada segala sesuatu? Bagaimana bisa Tuhan terhalang sesuatu, padahal DIA tampak untuk segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal DIA tampak sebelum keberadaan segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal DIA tampak dari segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal DIA Esa tanpa ada yang bersama-NYA? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal jika bukan karena DIA, wujud segala sesuatu tidak akan ada? Sungguh aneh, bagaimana mungkin keberadaan (wujuud) bisa tampak dalam ketiadaan (‘Adam)? Atau, bagaimana bisa sesuatu yang baru bersanding dengan Yang Maha Dahulu?

Bodohnya orang yang ingin mengubah Kehendak ALLAH
[17] Alangkah bodohnya orang yang menghendaki sesuatu terjadi pada waktu yang tidak dikehendaki-NYA.
[18] Jangan meminta ALLAH untuk mengeluarkanmu dari satu kondisi agar kau bisa dipekerjakan-NYA. Jika memang DIA menghendaki, niscaya DIA akan mempekerjakanmu tanpa harus mengeluarkanmu dari kondisi itu.

Menunda amal saleh termasuk sikap bodoh
[19] Menunda amal karena menunggu waktu yang luang termasuk tanda kebodohan

Rahasia Illahi bukanlah tujuan utama orang ‘Aarif
[20] Di saat tekad seorang saalik ingin berhenti pada apa yang tersingkap baginya, suara – suara hakikat pun memperingatkannya, “Yang kaucari ada didepanmu!” Dan disaat pesona alam tampak menggoda, hakikat-hakikatnya pun berujar, “Kami hanyalah ujian maka jangan kau kufur” (QS. Al Baqarah 2:102)

Empat sikap perilaku Hamba saat berhubungan dengan-NYA.
[21] Meminta kepada ALLAH berarti menuduh-NYA, mencari ALLAH berarti menggibah-NYA. Mencari selain ALLAH pertanda tak punya malu kepada-NYA dan meminta kepada selain ALLAH pertanda jauh dari-NYA.
[22] Pada setiap desahan nafas yang kauhembuskan terdapat takdir ALLAH yang telah ditetapkan.
[23] Jangan menanti-nanti hilangnya kecendrungan–kecendrungan kepada dunia. Karena hal itu dapat membuatmu lupa akan adanya pengawasan ALLAH atas ahwaal yang telah ditetapkan-NYA untukmu.

Jangan merasa aneh dengan kesuraman hidup di dunia
[24] Jangan merasa aneh dengan terjadinya penderitaan-penderitaan selama kau masih hidup di dunia ini, karena dunia hanya akan menampakkan apa yang mesti ditampakkannya.

Mintalah kepada ALLAH, pasti terkabul.
[25] Apa yang kau minta tak akan terhalang selama kau memintanya kepada Tuhanmu. Namun, apa yang kau minta tak akan datang selama kau mengandalkan dirimu sendiri.
[26] Diantara tanda keberhasilan di akhir adalah kembali kepada ALLAH di awal.
[27] Siapa yang bersinar di awal, akan bersinar pula di akhir.

Apa yang disembunyikan hati akan terlihat jejaknya di wajah
[28] Apa yang tersimpan di kedalaman batin akan tampak pada penampilan lahir.

Perbedaan orang yang menjadikan Allah sebagai bukti kebenaran alam dan orang yang menjadikan alam sebagai bukti keberadaan ALLAH.
[29] Betapa jauh bedanya antara orang yang berdalil bahwa adanya ALLAH menunjukkan adanya alam dan orang yang berdalil bahwa adanya alam menunjukkan adanya ALLAH. Orang yang menyatakan bahwa adanya ALLAH menunjukkan adanya alam akan mengerti bahwa kebenaran milik-NYA semata –mata ia akan menetapkan segala perkara dengan merujuk kepada pangkalnya. Sementara itu, yang berdalil bahwa adanya alam menunjukkan adanya ALLAH, itu adalah akibat ia tidak sampai kepada-NYA. Jika tidak, lantas sejak kapan ALLAH yang ghaib itu jauh sehingga semesta ini harus menjadi pengantar menuju-NYA?

Perbedaan Saalik yang diterangi Cahaya Tawajjuh dan Waashil yang didatangi Cahaya-Cahaya Muwaajahah.
[30] Hendaklah orang yang diberi keluasaan rezeki (yaitu orang yang telah sampai kepada ALLAH) memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya (yaitu orang yang tengah menuju ALLAH) hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan ALLAH kepadanya (QS. Ath Thalaq 65:7).
[31] Orang-orang yang sedang menuju ALLAH mendapat petunjuk melalui cahaya perjalanan, sedangkan orang – orang yang sudah sampai kepada-NYA mendapat petunjuk melalui cahaya pertemuan dengan-NYA. Golongan pertama mendatangi cahaya, sedangkan golongan kedua didatangi oleh cahaya. ALLAH SWT berfirman , “Katakan ‘ALLAH’, lalu biarkan mereka bermain – main dalam kesibukannya” (QS. Al-An’am 6:92)
[32] Usahamu untuk mencari-cari kekurangan yang tersembunyi didalam dirimu lebih baik daripada usahamu untuk menyibak tirai gaib yang terhijab bagimu.

Tidak ada sesuatu pun yang menghijabi ALLAH, manusialah yang terhijab dari ALLAH
[33] Yang Maha Haq (ALLAH) tidaklah terhijab. Yang terhijab adalah pandanganmu sehingga kau tak bisa melihat-NYA karena jika DIA dikatakan terhijab, itu artinya, sesuatu menutupi-NYA. Jika DIA tertutupi sesuatu, itu artinya, wujud-NYA terbatas. Segala sesuatu yang terbatas adalah lemah, padahal, “DIA adalah Maha Kuasa (Qaahir) atas segala sesuatu.” (QS. Al-An’am 6:18).

Perintah Agama tentang sifat-sifat manusia
[34] Keluarkanlah sifat – sifat kemanusiaanmu yang bertentangan dengan kehambaanmu agar kau mudah menyambut panggilan yang Haq (ALLAH) dan dekat dengan-NYA.

Pangkal setiap kelalaian dan maksiat adalah merasa puas diri.
[35] Pangkal segala maksiat, kelalaian dan syahwat adalah sikap puas terhadap diri sendiri. Pangkal segala ketaatan, kesadaran, dan kesucian adalah sikap tidak puas dengan diri sendiri.
[36] Berteman dengan orang bodoh yang idak puas terhadap dirinya lebih baik bagimu daripada berteman dengan orang berilmu yang puas dengan dirinya. Dimana letak berilmunya orang berilmu yang puas dengan dirinya itu? Dimana pula letak bodohnya orang bodoh yang tidak puas terhadap dirinya itu?
[37] Sinar mata hati membuatmu menyaksikan kedekatan-NYA denganmu. Penglihatan mata hati membuatmu menyaksikan ketiadaanmu karena keberadaan-NYA. Hakikat mata hati membuatmu menyaksikan keberadaan-NYA, bukan ketiadaanmu dan bukan pula keberadaanmu.
[38] Allah telah ada dan tiada sesuatu pun disamping-NYA. Kini DIA masih tetap sebagaimana ada-NYA semula.
39] Jangan sampai tekadmu tertuju pada selain-NYA karena Tuhan Yang Maha Mulia (kariim) tidak mungkin akan terlampaui oleh harapan dan angin.

Setiap perkara yang menimpa manusia ditujukan agar manusia bersandar kepada ALLAH.
[40] Jangan mengadukan musibah kepada selain ALLAH karena ALLAH semata yang menurunkannya. Bagaimana mungkin selain ALLAH dapat mengangkat musibah yang telah ditetapkan-NYA? Bagaimana mungkin orang yang tidak bisa mengangkat musibah dari dirinya bisa mengangkat musibah dari orang lain?

Berbaik sangka kepada ALLAH
[41] Jika kau tidak bisa berbaik sangka kepada ALLAH karena kebaikan sifat-sifatNYA, berbaik-sangkalah kepada-NYA atas kebaikan perlakuan-NYA terhadapmu. Bukankah DIA selalu memberimu yang baik – baik dan mengaruniaimu berbagai kenikmatan?
[42] Sungguh aneh! Orang menghindar dari sosok yang tidak bisa dihindari, lalu mecari sesuatu yang tidak kekal. “Sesungguhnya, mata kepala itu tidak buta, tetapi yang buta adalah mata hati yang ada di dalam dada”. (QS. Al-Hajj 22:46).

Beramal demi pahala adalah berpindah dari alam ke alam, dan perpindahan terbaik adalah dari alam ke pencipta alam.
[43] Jangan kau pergi dari satu alam ke alam lain sehingga kau menjadi seperti keledai penggilingan yang berputar-putar, tempat yang ia tuju adalah tempat ia beranjak. Namun, pergilah dari alam menuju Pencipta alam. “Sesungguhnya kepada Tuhanmu puncak segala tujuan”. (QS. An-Najm 53:42).
[44] Dengarlah sabda Rasulullah, “ Siapa yang hijrahnya kepada ALLAH dan rasulnya maka hijrahnya kepada ALLAH dan rasul-NYA. Dan siapa yang hijrahnya kepada dunia yang ingin diraihnya atau kepada perempuan yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya.” Pahamilah sabda Rasulullah ini dan perhatikan hal tersebut jika kau memiliki kecerdasan dan pemahaman.

Persahabatan dan orang yang pantas dijadikan sahabat
[45] Jangan kau temani orang yang keadaannya tidak membuatmu bersemangat dan ucapannya tidak membimbingmu ke jalan ALLAH.
[46] Bisa jadi, perbuatan burukmu tampak baik dimatamu karena persahabatanmu dengan orang yang lebih buruk daripada dirimu.

Zuhud adalah faktor terbesar dalam menumbuhkan amal.
[47] Amal sedikit dari hati yang zaahid tidak bisa dikatakan sedikit. Amal banyak dari hati yang tamak tidak bisa dikatakan banyak.
[48] Sebaik-baiknya amal adalah amal yang dihasilkan dari sebaik-baiknya ahwaal (keadaan batin) dan sebaik-baik ahwaal adalah ahwaal yang dihasilkan dari kemapanan maqaam-maqaan yang diraih.

Zikir adalah jalan terdekat menuju ALLAH
[49] Janganlah kau meninggalkan zikir (mengingat ALLAH) hanya karena ketidakhadiran hatimu di hadapan ALLAH saat berzikir! Kelalaianmu dari zikir kepada-NYA lebih buruk daripada kelalaianmu disaat berzikir kepada-NYA. Semoga ALLAH berkenan mengangkatmu dari zikir yang disertai kelalaian menuju zikir yang disertai kesadaran. Dari Zikir yang disertai kesadaran menuju zikir yang disertai hadirnya hati. Dari zikir yang disertai hadirnya hati menuju zikir yang mengabaikan selain yang diingat (ALLAH). “ Dan yang demikian itu bagi ALLAH tidaklah sukar”. (QS. Ibrahim 14:20)

Tanda-tanda matinya hati
[50] Diantara tanda matinya hati adalah tidak adanya perasaan sedih atas ketaatan yang kaulewatkan dan tidak adanya perasaan menyesal atas kesalahan yang kaulakukan.
[51] Jangan sampai dosa yang kauanggap besar menghalangimu untuk berbaik sangka kepada-NYA. Siapa yang mengenal Tuhannya akan menganggap dosanya kecil jika dibandingkan dengan kemurahan-NYA.
[52] Tidak ada dosa kecil jika kau dihadapkan pada keadilan-NYA dan tidak ada dosa besar jika kau dihadapkan pada karunia-NYA.

Amal yang paling diterima
[53] Tiada amal yang lebih berpeluang diterima daripada amal yang tidak kau sadari dan tidak berarti di matamu.
[54] Datangnya ilham dari ALLAH kepadamu tak lain agar kau mendatangi-NYA.
[55] ALLAH memberikanmu ilham untuk menyelamatkanmu dari cengkraman materi dan membebaskanmu dari perbudakan hawa nafsu.
[56] ALLAH memberimu ilham untuk mengeluarkanmu dari penjara wujudmu dan membawamu ke angkasa penyaksianmu.
[57] Cahaya adalah kendaraan hati dan rahasia jiwa.

Cahaya adalah tentara hati dan kegelapan adalah tentara nafsu
[58] Cahaya adalah tentara kalbu dan kegelapan adalah prajurit nafsu. Jika ALLAH ingin menolong hamba-NYA, ALLAH akan membantunya dengan bala tentara cahaya dan memutus bantuan prajurit kegelapan.
[59] Cahaya bisa menyingkap, mata hati dapat mengetahui, sedangkan hati bisa menerima dan menolak.
[60] Janganlah senang lantaran kau bisa melakukan ketaatan, etapi senanglah lantaran ketaatan itu dikaruniakan ALLAH kepadamu. “Katakanlah, ‘berkat karunia dan rahmat ALLAH-lah hendaknya mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan’” (QS. Yunuus 10:58)
[61] Allah membuat orang – orang yang tengah menuju kepada-NYA (saa’iruun) dan orang – orang yang telah sampai kepada-NYA (waashiluun) tidak mampu melihat amal dan keadaan (ahwaal) mereka karena para saa’iruun belum benar-benar ikhlas dalam amal kepada mereka dan karena pada waashiluun terlalu sibuk melihat Tuhan mereka.

Salah satu penyebab utama kehinaan diri adalah ketamakan
[62] Tidaklah tumbuh dahan – dahan dalam kehinaan, kecuali dari benih ketamakan.
[63] Tak ada yang dapat mengendalikanmu sehebat angan – angan

Kecewa terhadap Sesuatu adalah kemerdekaan dari perbudakannya.
[64] Kau merdeka dari segala yang tidak kauinginkan dan kau budak dari segala yang kauinginkan.
[65] Siapa yang tidak mendekat kepada ALLAH, padahal sudah dihadiahi berbagai kenikmatan, akan diseret (agar mendekat) kepada-NYA dengan rantai cobaan.
[66] Siapa yang tidak menyukuri nikmat, akan kehilangan nikmat itu. Siapa yang mensyukurinya, berarti telah mengikat nikmat itu dengan tali yang kuat.
[67] Berhati-hatilah bila kebaikan ALLAH selalu kaudapatkan bersamaan dengan maksiat yang terus kau lakukan! Berhati-hatilah ! Bisa jadi, itu adalah awal kehancuranmu yang berangsur-angsur. ALLAH SWT berfirman, “Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (kearah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al A’raf 7:182).

Sanksi yang ditangguhkan bisa jadi merupakan ISTIDRAAJ (Sanksi yang ditimpahkan secara perlahan)
[68] Di antara tanda kebodohan seorang muriid adalah jika bersikap tidak sopan, tetapi hukuman untuknya ditangguhkan, ia justru berkata “Jika ini adalah sikap tidak sopan, tentu aku sudah tidak ditolong lagi dan dijauhi.” Bisa jadi, ia memang sudah tidak ditolong lagi. Namun, ia tidak menyadarinya karena mungkin bentuknya hanya berupa tidak ditambahnya pertolongan. Bisa jadi pula sebenarnya ia telah dijauhi. Namun, ia tidak menyadarinya karena mungkin bentuknya hanya berupa pembiaran dirinya dengan keinginannya.

Dua macam hamba ALLAH : Muqarrabiin dan Abraar
[69] Jika kau pandang sebelah mata seorang hamba yang telah ditetapkan, dilanggengkan, dan ditolong ALLAH dalam melaksanakan berbagai wirid, hanya karena kau tidak melihat dalam dirinya tanda orang-orang ‘Aarif atau kegenitan kaum pencinta Tuhan. Sebab, kalau tidka ada limpahan karunia ALLAH, tentu wirid itu tidak akan ada.
[70] Ada orang-orang yang ALLAH tetapkan untuk melayani-NYA. Ada pula orang-orang yang ALLAH pilih untuk mencintai-NYA. “Kepada tiap-tiap golongan, baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan bantuan dan kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidaklah terbatas. (QS. Al-Israa’ 17:20).

Menjawab semua yang ditanyakan adalah kebodohan
[71] Bukti kebodohan seseorang hamba adalah selalu menjawab pertanyaan, menceritakan semua yang dilihat dan menyebut semua yang diketahui.

ALLAH menjadikan akhirat sebagai balasan bagi para kekasih-NYA, karena dunia tidak mungkin bisa menampung balasan itu
[72] ALLAH menjadikan negeri Akhirat sebagai tempat memberi balasan kepada para hamba-NYA yang beriman karena negeri (dunia) ini tidak bisa menampung pemberian yang DIA kehendaki kepada mereka. Juga karena DIA hendak memuliakan mereka dengan tidka mau memberikan balasan di negeri yang tidka kekal ini.

Tanda tanda diterimanya sebuah Amal
[73] Siapa yang merasakan buah amalnya di dunia, maka itu bukti bahwa amalnya diterima di akhirat.
[74] Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi ALLAH, perhatikanlah dimana DIA menempatkanmu.
[75] Ketika ALLAH menganugerahimu ketaaatan dan engkau merasa cukup dengan-NYA, berarti DIA telah mencurahkan nikmat-NYA, lahir dan batin.
[76] Sebaik-baik yang kau minta kepada-NYA adalah apa yang DIA tuntut darimu.
[77] Sedih karena kehilangan kesempatan berbat ketaatan, namun tanpa disertai upaya untuk bangkit mengerjakannya, merupakan salah satu tanda ketertipuan.
[78] Tidak disebut ‘Aarif orang yang jika memberikan isyarat, ia merasa ALLAH lebih dekat daripada isyaratnya. Namun, orang ‘Aarif adalah orang yang tidak mempunyai isyarat karena telah sirna dalam wujud-NYA dan lenyap dalam penyaksian terhadap-NYA.

Perbedaan antara harapan dan angan - angan
[79] Harapan mesti disertai amal. Jika tidak, ia hanyalah angan – angan.

Keinginan  orang-orang ‘Aarif adalah penghambaan yang sebenarnya
[80] Yang diminta seorang ‘Aarif dari ALLAH adalah ketulusan dalam beribadah dan pemenuhan hak-hak Tuhan-NYA.
[81] Dia memberimu kelapangan agar kau tidak terus berada dalam kesempitan. Dia memberimu kesempitan agar kau tidak terus berada dalam kelapangan. Dia mengeluarkanmu dari kedua kondisi itu agar kau tidka tergantung kepada selain-NYA.

Orang-orang ‘Aarif lebih mengkhawatirkan kelapangan daripada kesempitan
[82] Kaum ‘Aarif lebih khawatir ketika diberi kelapangan daripada ketika diberi kesempitan karena yang bisa menjaga etika saat berada dalam kelapangan hanyalah sedikit.
[83] Semasa lapang, nafsu bisa mempunyai andil melalui rasa gembira. Semasa sempit, nafsu tidak bisa mempunyai andil apa-apa.
[84] Bisa jadi, ALLAH memberimu (kesenangan dunia), namun menghalangimu (dari taufik-NYA). Bisa pula DIA menghalangimu (dari kesenangan dunia), namun memberimu (taufik).
[85] Ketika DIA membukan pintu pemahaman kepadamu tentang mengapa kau tidak diberi, hal itu merupakan bentuk pemberian.
[86] Secara lahiriah, alam ini adalah sebuah tipuan, namun secara batiniah, ia merupakan sebuah pelajaran. Dan nafsu senantiasa melihat pada lahirnya yang menipu, sedangkan kalbu senantiasa melihat kepada batinnya yang memberi pelajaran.
[87] Jika engkau menginginkan kemuliaan yang abadi, jangan membanggakan kemuliaan yang fana.
[88] Perjalanan singkat yang sesungguhnya adalah bila kau memperpendek jarak dunia sehingga engkau dapat melihat akhirat lebih dekat kepadamu.
[89] Pemberian dari makhluk adalah keterhalangan, sedangkan penangguhan pemberian dari ALLAH merupakan karunia.
[90] Mustahil ALLAH menangguhkan balasan pahala bagi hamba yang beramal baik kepada-NYA secara kontan.
[91] Cukuplah sebagai balasan ALLAH atas ketaatanmu ketika DIA meridhoimu sebagai pelaku ketaatan.
[92] Cukuplah sebagai balasan bagi orang-orang yang beramal apa yang membuat hati mereka terbuka pada ketaatan dan apa yang membuat hati mereka puas karena dekat dengan-NYA.

Ibadah yang cacat
[93] Siapa yang beribadah karena mengharap sesuatu dari ALLAH atau untuk menghindari hukuman-NYA berarti belum menunaikan hak-hak sifat-NYA

Penolakan bisa jadi adalah pemberian
[94] Ketika DIA memberimu, DIA mempersaksikan kebaikan–NYA. Ketika DIA tidak memberimu, Dia memperlihatkan keperkasaan-NYA. Pada semua itu, DIA memperkenalkan diri kepadamu dan mendatangimu lewat kelembutan-NYA.
[95] Yang membuatmu sakit ketika tidka diberi adalah karena engkau tidak memahami hikmah ALLAH di dalamnya.
[96] Adakalanya Dia membukakan pintu ketaatan untukmu, namun tidak membukakan pintu penerimaan. Adakalanya DIA menetapkanmu berbuat dosa, namun ternyata dosa itu menjadi sebab kau sampai kepada-NYA.

Maksiat yang melahirkan kehinaan lebih baik daripada taat yang mengakibatkan kesombongan.
[97] Maksiat yang melahirkan rasa hina dan kekurangan lebih baik daripada ketaatan yang melahirkan rasa bangga dan kesombongan.

Dalam kemunculan dan kelestariannya, Alam membutuhkan ALLAH
[98] Dua macam nikmat yang pasti dialami dan dirasakan oleh semua mahluk : Nikmat penciptaan dan nikmat pemenuhan kebutuhan.
[99] Mula – mula, DIA memberimu nikmat penciptaan, lalu memenuhi semua kebutuhan secara terus – menerus.

Amal yang paling diterima
[100] Ketergantungan kepada ALLAH adalah hakikatmu. Sedangkan munculnya sebab-sebab ketergantungan adalah pengingat akan hakikatmu yang tak kausadari itu. Dan ketergantunganmu yang bersifat hakiki itu tak akan mungkin pernah terpenuhi oleh sesuatu yang nisbi.
[101] Sebaik-baik waktumu adalah ketika kau menyadari betapa tergantungnya dirimu kepada ALLAH dan berapa hinanya dirimu
[102] Apabila ALLAH telah membuatmu jemu dengan mahluk, ketahuilah bahwa DIA hendak membukakan untukmu pintu kemesraan dengan-NYA
[103] Ketika lisanmu digerakkan untuk meminta, berarti DIA hendak memberimu.

Kebutuhan orang ‘Aarif terhadap ALLAH tidak pernah hilang
[104] Seorang ‘Aarif selalu merasa butuh pada-NYA dan hanya merasa tenang jika bersama-NYA.
[105] Allah menerangi alam lahir dengan cahaya makhluk-NYA dan menerangi relung batin dengan cahaya sifat-sifat-NYA. Cahaya alam lahir terbenam, dan cahaya hati tak akan pernah padam. Karena itu, seorang penyair berkata, “Matahari siang terbenam dengan datangnya malam, matahari hati takkan pernah sekalipun menghilang”.

Penawar pedihnya cobaan
[106] Agar ujian terasa ringan, engkau harus mengetahui bahwa ALLAH-lah yang memberimu ujian. Dzat yang menetapkan beragam takdir atasmu adalah Dzat yang selalu memberimu pilihan terbaik.

Salah satu tanda lemahnya iman adalah tidak melihat lembutnya takdir
[107] Siapa yang mengira kelembutan-NYA terlepas dari takdir (kekerasan)-NYA, berarti ia memiliki pandangan yang sempit.
[108] Bukan ketidakjelasan jalan yang dikhawatirkan dari dirimu. Yang dikhawatirkan adalah menangnya hawa nafsu atas dirimu.
[109] Mahasuci Dzat yang merahasiakan keistimewaan (seorang wali) dengan menampakkan sifat-sifat kemanusiaannya yang biasa dan keagungan rububiyyah-NYA terlihat ketika DIA memperlihatkan kehambaan makhluk.

Salah satu sikap sopan seorang hamba terhadap ALLAH adalah tidak menanguhkan permintaan-NYA manakala DIA menangguhkan permintaannya.
[110] Jangan menuntut Tuhan lantaran permintaanmu terlambat dikabulkan. Namun, tuntutlah dirimu lantaran terlambat melaksanakan kewajiban.
[111] Ketika secara lahir ALLAH menjadikanmu taat melaksanakan perintah dan secara batin menganugerahkan sikap pasrah kepada-NYA, berarti DIA telah melimpahkan nikmat yang besar padamu.
[112] Tidak setiap orang yang memperoleh keistimewaan sepenuhnya terbebas dari dorongan nafsu.

Menghendaki langgengnya wirid lebih baik daripada langgengnya karamah
[113] Hanya orang bodoh yang meremehkan wirid. Limpahan karunia-NYA (waarid) terus ada hingga negeri akhirat, tetapi wirid terhenti dengan selesainya dunia. Maka dari itu, yang paling perlu mendapat perhatian adalah yang tidak ada gantinya di akhirat (yaitu wirid). ALLAH-lah yang menuntut wirid darimu, sedangkan engkau yang menuntut karunia dari-NYA. Oleh karena itu, sungguh jauh perbedaan antara apa yang DIA tuntut darimu dan apa yang kautuntut dari-NYA.
[114] Datangnya bantuan ALLAH sesuai dengan tingka kesiapan dan terbitnya cahaya sesuai dengan kadar kejernihan jiwa.

Perbedaan antara orang yang berakal dan orang yang lalai dalam mengesakan ALLAH
[115] Orang lalai memulai harinya dengan memikirkan, apa yang harus dia kerjakan. Sementara itu, orang berakal merenungkan, apa yang akan Tuhan lakukan terhadapnya.
[116] Para ‘Aabid dan Zaahid merisaukan segala sesuatu karena mereka belum melihat ALLAH dalam segala sesuatu. Kalau mereka melihat-NYA dalam segala sesuatu, tentu mereka tak akan risau oleh sesuatu pun.
[117] DIA memerintahkanmu di dunia ini untuk merenungkan ciptaan-NYA dan di akhirat DIA akan menyingkapkan untukmu kesempurnaan Dzat-NYA.
[118] DIA mengetahui bila engkau tidak sabar ingin menyaksikan-NYA. Oleh karena itu, DIA memperlihatkan kepadamu apa yang bersumber dari-NYA.

Beragamnya bentuk ketaatan agar tidak membosankan.
[119] Karena ALLAH mengetahui bahwa engkau mudah jemu, DIA membuat bermacam – macam cara taat untukmu. Karena ALLAH mengetahui bahwa engkau rakus, DIA membatasi ketaatan itu hanya pada waktu-waktu tertentu agar perhatianmu tertuju pada kesempurnaan shalad, bukan pada adanya shalad karena tidak semua orang yang sholad dapat menyempurnakan shaladnya.

Manfaat – manfaat Shalad
[120] Shalad adalah pembersih hati dari kotoran dosa dan pembuka pintu kegaiban.
[121] Shalad adalah tempat munajat dan wahana pembersihan kalbu. Di dalamnya medan rahasia demikian luas dan kilau cahaya bersinar.
[122] Allah mengetahui kelemahan dirimu sehingga menyedikitkan bilangan (shalad). Dia  juga mengetahui kebutuhanmu terhadap karunia-NYA sehingga melipatgandakan pahala-NYA.
[123] Ketika kau meminta balasan atas sebuah amal, sebenarnya kau dituntut di dalamnya. Sudah cukup beruntung bila seseorang selamat dari siksa-NYA.
[124] Jangan mengharap upah atas amal yang tidak kaulakukan. Sudah cukup sebagi balasan untukmu jika ALLAH menerimanya.

Karunia ALLAH atas adanya amal
[125] Apabila ALLAH hendak memperlihatkan karunia-NYA kepadamu, DIA akan mencipta (amal), lalu menisbatkannya kepadamu.
[126] Tiada terhingga keburukanmu jika ALLAH membiarkanmu. Sebaliknya, tiada pernah berakhir kebaikanmu jika DIA memperlihatkan kemurahan-NYA atas dirimu.

Larangan mengklaim salah satu sifat Rubuubiyyah ALLAH
[127] Bersandarlah selalu kepada sifat–sifat Rubuubiyyah ALLAH (ketuhanan-NYA) dan wujudkanlah sifat-sifat ‘Ubudiyyah-mu (kehambaanmu).
[128] ALLAH melarangmu mengakui hak orang lain yang bukan milikmu, lalu mungkinkah DIA membolehkanmu mengakui memiliki sifat-NYA, padahal DIA Tuhan pemelihara alam semesta?

Kejadian-kejadian luar biasa akan muncul dari orang yang Mujaahadah-nya luar biasa.
[129] Bagaimana mungkin kau mendapat hal luar biasa, sedangkan kau belum pernah mengubah kebiasaan burukmu?
[130] Yang harus diperhatikan bukan sekadar meminta, melainkan bagaimana kau dianugerahi adab yang baik.

Hubungan antara pengabulan dengan kehinaan dan kebutuhan.
[131] Tiada sesuatu yang lebih menuntutmu, kecuali kebutuhan mendesak. Tidak ada pula yang dapat mempercepat tibanya pemberian selain rasa hina dan butuh.
[132] Jika kau yakin bahwa kau akan sampai kepada-Nya hanya setelah lenyapnya semua keburukanmu dan sirnanya semua hasratmu, kau selamanya tak akan sampai kepada-NYA. Akan tetapi, jika DIA menghendakimu sampai kepada-NYA, DIA akan menutupi sifatmu dengan sifat-NYA dan watakmu dengan watak-NYA. DIA membuatmu sampai kepada-NYA dengan kebaikan yang diberikan-NYA kepadamu, bukan dengan kebaikan yang kaupersembahkan kepada-NYA.
[133] Kalau bukan karena keindahan tutup-NYA, tentulah tiada amal yang layak diterima.
[134] Ketika taat, kau lebih membutuhkan belas kasih-NYA daripada ketika melakukan maksiat.

Dua macam perlindungan ALLAH
[135] Tutup (perlindungan) ALLAH ada dua : tutup yang menghalangi perbuatan maksiat dan tutup ketika melakukan maksiat. Manusia pada umumnya berharap supaya ditutupi dalam melakukan maksiat karena khawatir derajat mereka jatuh dimata makhluk. Adapun kalangan khusus berharap ditutup (dicegah) dari perbuatan maksiat karena khawatir kedudukan mereka jatuh dalam pandangan ALLAH.
[136] Orang yang menghormatimu sebenarnya menghormati indahnya tutup ALLAH yang diberikan kepadamu. Oleh karena itu, pujian hanya diberikan kepada Dzat yang Menutupi (aibmu); bukan kepada orang yang menaruh hormat dan berterima kasih kepadamu.
[137] Sahabat sejatimu adalah bersahabat denganmu dalam kondisi ia mengetahui aibmu. Tidak lain Ia adalah Tuhanmu yang Maha Pemurah. Sebaik-baik sahabatmu adalah sahabat yang tidak mengharap keuntungan darimu

Nur Yaqiin akan mendekatkan akhirat dan memperlihatkan kefanaan dunia
[138] Andaikan cahaya keyakinan menerangi dirimu, tentu kau akan melihat akhirat lebih dekat denganmu daripada kau berjalan menujunya dan tentu kau akan menyaksikan keindahan dunia telah diliputi selubung kebinasaan.
[139] Bukan keberadaan benda yang menghijab dirimu dari ALLAH. Akan tetapi, yang menghijabmu dari-NYA adalah sangkaan adanya wujud selain ALLAH.
[140] Andaikan ALLAH tidak tampak di alam, tidak akan ada pandangan yang tertuju pada-NYA. Andaikan sifat-sifat-NYA terlihat, pasti alam akan menjadi lenyap.

Segala sesuatu tidak ada, ALLAH-lah yang menjadikannya ada.
[141] ALLAH menampakkan segala sesuatu karena DIA Maha Tersembunyi, Dia menutupi keberadaan segala sesuatu karena DIA Mahatampak.
[142] ALLAH membolehkan dirimu melihat apa yang terdapat di alam, namun tidak mengizinkan dirimu berhenti padanya. Karena itu dia berkata, “Katakan, perhatikan apa yang terdapat di langit!” (QS. Yunus : 101) bukan berkata, “Perhatikan langit!” agar perhatianmu tidak tertuju pada benda langit.
[143] Alam ini ada dengan penetapan ALLAH dan ia lenyap dengan keesaan Dzat-NYA.
[144] Orang-orang memujimu karena apa yang mereka sangka ada pada dirimu maka celaka dirimu karena apa yang kauketahui ada pada dirimu.
[145] Seorang mukmin, jika dipuji, akan malu kepada ALLAH karena ia dipuji dengan sifat yang tidak ia dapati pada dirinya.
[146] Sebodoh-bodohnya manusia adalah orang yang meninggalkan keyakinannya karena mengikuti sangkaan orang-orang.

Orang Zaahid merasa risih dengan pujian manusia, berbeda dengan orang ‘Aarif
[147] Jika kau mendapat pujian, sedangkan kau tidak layak atasnya, pujilah ALLAH sebagai Dzat yang memang layak menyandangnya.
[148] Jika kaum zuhud mendapat pujian, hati mereka resah karena mereka melihat pujian tersebut berasal dari makhluk. Ketika kaum ‘Aarif dipuji, hati mereka senang karena mereka melihatnya berasal dari ALLAH, Raja yang Maha Benar.
[149] Apabila kau gembira ketika diberi karunia oleh-NYA dan kecewa saat ditolak-NYA, simpulkanlah bahwa itu adalah bukti dari kekanak-kanakanmu dan ketidaktulusan penghambaanmu.
[150] Jika kau terjatuh pada dosa, janganlah hal itu membuatmu putus asa untuk beristikamah bersama Tuhanmu karena bisa jadi itulah dosa terakhir yang ditetapkan atasmu.
[151] Jika kauingin dibukakan pintu asa, lihatlah karunia-NYA kepadamu. Namun, jika kau ingin dibukakan pintu takut, lihatlah amal yang kaupersembahkan untuk-NYA.
[152] Boleh jadi ALLAH memberimu manfaat pada saat malam kesempitan yang tidak kaudapatkan pada saat siang kelapangan. “Kalian tidak mengetahui mana yang lebih bermanfaat bagi kalian.” (QS. An-Nisa 4:11).
[153] Tempat terbitnya cahaya Illahi adalah hati dan relung batin.
[154] Cahaya yang tersimpan di dalam kalbu bersumber dari cahaya yang datang dari perbendaharaan ghaib.
[155] Ada cahaya yang menyingkap makhluk-NYA dan ada cahaya yang menyingkap sifat-sifat-NYA.
[156] Bisa jadi hati terhenti pada cahaya – cahaya, sebagaimana terhijabnya jiwa oleh gelapna bayang-bayang ciptaan.
[157] Dia menutup cahaya batin dengan tebalnya perbuatan lahir untuk memuliakannya agar ia tidak menjadi murah lantaran mudah terlihat orang dan tidak diseru dengan lisan yang menyebutkan ketenarannya.

Insya Allah Bersambung ...


(Sumber : Kitab Tasawuf Al Hikam : Ibnu Atha Illah Al-Iskandari : TUROS Khazanah Pustaka Islam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar