Buku Pertama
Sikap
Orang ‘Arif ketika Khilaf
[1] Diantara Tanda Sikap mengandalkan amal ialah
berkurangnya harap kepada ALLAH tatkala khilaf.
Sikap
Orang ‘Arif ketika dianugerahi Ahwaal Tajrid dan Ahwal Isytighaal
[2] Keinginanmu untuk lepas dari urusan duniawi,
padahal ALLAH telah menempatkanmu disana, termasuk syahwat yang tersamar. Dan
keinginanmu untuk masuk ke dalam kesibukan duniawi, padahal ALLAH telah
melepaskanmu darinya, sama saja dengan mundur dari tekad luhur.
Orang
‘Aarif tidak mencampuri urusan ALLAH
[3] Tekad yang kuat takkan mampu menembus dinding
takdir.
[4] Istiratkan dirimu dari kesibukan mengurusi
duniamu. Urusan yang telah diatur ALLAH tak perlu kau sibuk ikut campur.
[5] Kegigihanmu dalam mencari apa yang telah dijamin
untukmu dan kekuranganmu dalam melaksanakan apa yang diminta darimu menjadi
bukti butanya mata hatimu.
Ditundanya
pemberian ALLAH jangan melemahkan semangatmu untuk meminta.
[6] Jangan sampai tertundanya karunia Tuhan kepadamu,
setelah kau mengulang-ulang doamu, membuatmu putus asa karena DIA menjamin
pengabulan doa sesuai pilihan-NYA, bukan sesuai pilihanmu, pada waktu yang
diinginkan-NYA, bukan pada waktu yang kau inginkan.
[7] Janji yang tak dipenuhi Tuhanmu pada waktunya
jangan sampai membuatmu ragu agar keraguan itu tidak menjadi perusak
pandanganmu dan pemadam cahaya kalbumu.
Makrifat
ALLAH tidak ada kaitannya dengan amalmu.
[8] Jika Tuhan membukakan untukmu pintu makrifat,
jangan kaupertanyakan amalmu yang sedikit karena DIA tidak akan membukakan
pintu makrifat, kecuali karena ingin memperkenalkan Diri-NYA kepadamu. Tahukah
kau bahwa makrifat merupakan anugerah-NYA untukmu, sedangkan amalmu adalah
persembahan untuk-NYA. Tentu, persembahanmu takkan sebanding dengan anugerah-NYA.
Ruh
amal adalah Ikhlas.
[9] Jenis amal itu bermacam – macam karena asupan hati
juga beragam.
[10] Amal itu seumpama jasad, sedangkan keikhlasan
adalah ruhnya.
Kemasyhuran
sangat membahayakan seorang Muriid.
[11] Kuburlah dirimu di tanah kerendahan karena
sesuatu yang tumbuh tanpa dikubur (ditanam) hasilnya kurang sempurna.
[12] Tiada yang lebih berguna bagi hati selain uzlah.
Dengannya, hati memasuki lapangan tafakur.
Hati
tidak mungkin bersinar manakala keduniaan menutupinya
[13] Bagaimana mungkin kalbu akan bersinar, sedangkan
bayang bayang dunia masih terpampang dicerminnya? Bagaimana mungkin akan pergi
menyongsong Ilahi, sedangkan ia masih terbelunggu nafsunya? Bagaimana mungkin
akan bertamu kehadirat-NYA, sedangkan ia belum bersuci dari kotoran
kelalainannya? Bagaimana mungkin diharapkan dapat menyingkap berbagai
rahasia, sedangkan ia belum bertobat dari kekeliruannya?
Wujud
ALLAH itu jelas dan tidak terhalangi oleh sesuatu
[14] Semesta itu seluruhnya gulita. Ia hanya akan
diterangi oleh wujud ALLAH. Siapa yang melihat semesta, namun tidak melihat-NYA
disana atau tidak melihat-NYA ketika, sebelum, atau sesudah melihat semesta,
berarti ia telah disilaukan oleh cahaya – cahaya lain dan terhalang dari surya
makrifat karena tertutup tebalnya awan dunia.
[15] Diantara tanda kekuasaan ALLAH adalah DIA mampu
menghalangimu dari melihat-NYA dengan sesuatu yang tidak ada.
[16] Bagaimana bisa Tuhan terhalang sesuatu, padahal
DIA yang menampakkan segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu,
padahal DIA tampak bersama segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang
sesuatu, padahal DIA tampak pada segala sesuatu? Bagaimana bisa Tuhan terhalang
sesuatu, padahal DIA tampak untuk segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan
terhalang sesuatu, padahal DIA tampak sebelum keberadaan segala sesuatu?
Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal DIA tampak dari segala
sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal DIA Esa tanpa ada
yang bersama-NYA? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal jika bukan
karena DIA, wujud segala sesuatu tidak akan ada? Sungguh aneh, bagaimana
mungkin keberadaan (wujuud) bisa tampak dalam ketiadaan (‘Adam)? Atau,
bagaimana bisa sesuatu yang baru bersanding dengan Yang Maha Dahulu?
Bodohnya
orang yang ingin mengubah Kehendak ALLAH
[17] Alangkah bodohnya orang yang menghendaki sesuatu
terjadi pada waktu yang tidak dikehendaki-NYA.
[18] Jangan
meminta ALLAH untuk mengeluarkanmu dari satu kondisi agar kau bisa
dipekerjakan-NYA. Jika memang DIA menghendaki, niscaya DIA akan mempekerjakanmu
tanpa harus mengeluarkanmu dari kondisi itu.
Menunda
amal saleh termasuk sikap bodoh
[19] Menunda amal karena menunggu waktu yang luang
termasuk tanda kebodohan
Rahasia
Illahi bukanlah tujuan utama orang ‘Aarif
[20] Di saat tekad seorang saalik ingin berhenti pada
apa yang tersingkap baginya, suara – suara hakikat pun memperingatkannya, “Yang
kaucari ada didepanmu!” Dan disaat pesona alam tampak menggoda,
hakikat-hakikatnya pun berujar, “Kami hanyalah ujian maka jangan kau kufur”
(QS. Al Baqarah 2:102)
Empat
sikap perilaku Hamba saat berhubungan dengan-NYA.
[21] Meminta kepada ALLAH berarti menuduh-NYA, mencari
ALLAH berarti menggibah-NYA. Mencari selain ALLAH pertanda tak punya malu
kepada-NYA dan meminta kepada selain ALLAH pertanda jauh dari-NYA.
[22] Pada setiap desahan nafas yang kauhembuskan
terdapat takdir ALLAH yang telah ditetapkan.
[23] Jangan menanti-nanti hilangnya
kecendrungan–kecendrungan kepada dunia. Karena hal itu dapat membuatmu lupa
akan adanya pengawasan ALLAH atas ahwaal yang telah ditetapkan-NYA untukmu.
Jangan
merasa aneh dengan kesuraman hidup di dunia
[24] Jangan merasa aneh dengan terjadinya
penderitaan-penderitaan selama kau masih hidup di dunia ini, karena dunia hanya
akan menampakkan apa yang mesti ditampakkannya.
Mintalah
kepada ALLAH, pasti terkabul.
[25] Apa yang kau minta tak akan terhalang selama kau
memintanya kepada Tuhanmu. Namun, apa yang kau minta tak akan datang selama kau
mengandalkan dirimu sendiri.
[26] Diantara tanda keberhasilan di akhir adalah
kembali kepada ALLAH di awal.
[27] Siapa yang bersinar di awal, akan bersinar pula
di akhir.
Apa
yang disembunyikan hati akan terlihat jejaknya di wajah
[28] Apa yang tersimpan di kedalaman batin akan tampak
pada penampilan lahir.
Perbedaan
orang yang menjadikan Allah sebagai bukti kebenaran alam dan orang yang
menjadikan alam sebagai bukti keberadaan ALLAH.
[29] Betapa jauh bedanya antara orang yang berdalil
bahwa adanya ALLAH menunjukkan adanya alam dan orang yang berdalil bahwa adanya
alam menunjukkan adanya ALLAH. Orang yang menyatakan bahwa adanya ALLAH
menunjukkan adanya alam akan mengerti bahwa kebenaran milik-NYA semata –mata ia
akan menetapkan segala perkara dengan merujuk kepada pangkalnya. Sementara itu,
yang berdalil bahwa adanya alam menunjukkan adanya ALLAH, itu adalah akibat ia
tidak sampai kepada-NYA. Jika tidak, lantas sejak kapan ALLAH yang ghaib itu
jauh sehingga semesta ini harus menjadi pengantar menuju-NYA?
Perbedaan
Saalik yang diterangi Cahaya Tawajjuh dan Waashil yang didatangi Cahaya-Cahaya
Muwaajahah.
[30] Hendaklah orang yang diberi keluasaan rezeki
(yaitu orang yang telah sampai kepada ALLAH) memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya (yaitu orang yang tengah
menuju ALLAH) hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan ALLAH
kepadanya (QS. Ath Thalaq 65:7).
[31] Orang-orang yang sedang menuju ALLAH mendapat
petunjuk melalui cahaya perjalanan, sedangkan orang – orang yang sudah sampai
kepada-NYA mendapat petunjuk melalui cahaya pertemuan dengan-NYA. Golongan
pertama mendatangi cahaya, sedangkan golongan kedua didatangi oleh cahaya.
ALLAH SWT berfirman , “Katakan ‘ALLAH’, lalu biarkan mereka bermain – main
dalam kesibukannya” (QS. Al-An’am 6:92)
[32] Usahamu untuk mencari-cari kekurangan yang
tersembunyi didalam dirimu lebih baik daripada usahamu untuk menyibak tirai
gaib yang terhijab bagimu.
Tidak
ada sesuatu pun yang menghijabi ALLAH, manusialah yang terhijab dari ALLAH
[33] Yang Maha Haq (ALLAH) tidaklah terhijab. Yang
terhijab adalah pandanganmu sehingga kau tak bisa melihat-NYA karena jika DIA
dikatakan terhijab, itu artinya, sesuatu menutupi-NYA. Jika DIA tertutupi
sesuatu, itu artinya, wujud-NYA terbatas. Segala sesuatu yang terbatas adalah
lemah, padahal, “DIA adalah Maha Kuasa (Qaahir) atas segala sesuatu.” (QS.
Al-An’am 6:18).
Perintah
Agama tentang sifat-sifat manusia
[34] Keluarkanlah sifat – sifat kemanusiaanmu yang
bertentangan dengan kehambaanmu agar kau mudah menyambut panggilan yang Haq
(ALLAH) dan dekat dengan-NYA.
Pangkal
setiap kelalaian dan maksiat adalah merasa puas diri.
[35] Pangkal segala maksiat, kelalaian dan syahwat
adalah sikap puas terhadap diri sendiri. Pangkal segala ketaatan, kesadaran,
dan kesucian adalah sikap tidak puas dengan diri sendiri.
[36] Berteman dengan orang bodoh yang idak puas
terhadap dirinya lebih baik bagimu daripada berteman dengan orang berilmu yang
puas dengan dirinya. Dimana letak berilmunya orang berilmu yang puas dengan
dirinya itu? Dimana pula letak bodohnya orang bodoh yang tidak puas terhadap
dirinya itu?
[37] Sinar mata hati membuatmu menyaksikan
kedekatan-NYA denganmu. Penglihatan mata hati membuatmu menyaksikan ketiadaanmu
karena keberadaan-NYA. Hakikat mata hati membuatmu menyaksikan keberadaan-NYA,
bukan ketiadaanmu dan bukan pula keberadaanmu.
[38] Allah telah ada dan tiada sesuatu pun
disamping-NYA. Kini DIA masih tetap sebagaimana ada-NYA semula.
39] Jangan sampai tekadmu tertuju pada selain-NYA
karena Tuhan Yang Maha Mulia (kariim) tidak mungkin akan terlampaui oleh
harapan dan angin.
Setiap
perkara yang menimpa manusia ditujukan agar manusia bersandar kepada ALLAH.
[40] Jangan mengadukan musibah kepada selain ALLAH
karena ALLAH semata yang menurunkannya. Bagaimana mungkin selain ALLAH dapat
mengangkat musibah yang telah ditetapkan-NYA? Bagaimana mungkin orang yang
tidak bisa mengangkat musibah dari dirinya bisa mengangkat musibah dari orang
lain?
Berbaik
sangka kepada ALLAH
[41] Jika kau tidak bisa berbaik sangka kepada ALLAH
karena kebaikan sifat-sifatNYA, berbaik-sangkalah kepada-NYA atas kebaikan
perlakuan-NYA terhadapmu. Bukankah DIA selalu memberimu yang baik – baik dan
mengaruniaimu berbagai kenikmatan?
[42] Sungguh aneh! Orang menghindar dari sosok yang
tidak bisa dihindari, lalu mecari sesuatu yang tidak kekal. “Sesungguhnya, mata
kepala itu tidak buta, tetapi yang buta adalah mata hati yang ada di dalam
dada”. (QS. Al-Hajj 22:46).
Beramal
demi pahala adalah berpindah dari alam ke alam, dan perpindahan terbaik adalah
dari alam ke pencipta alam.
[43] Jangan kau pergi dari satu alam ke alam lain
sehingga kau menjadi seperti keledai penggilingan yang berputar-putar, tempat
yang ia tuju adalah tempat ia beranjak. Namun, pergilah dari alam menuju
Pencipta alam. “Sesungguhnya kepada Tuhanmu puncak segala tujuan”. (QS. An-Najm
53:42).
[44] Dengarlah sabda Rasulullah, “ Siapa yang
hijrahnya kepada ALLAH dan rasulnya maka hijrahnya kepada ALLAH dan rasul-NYA.
Dan siapa yang hijrahnya kepada dunia yang ingin diraihnya atau kepada
perempuan yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya.”
Pahamilah sabda Rasulullah ini dan perhatikan hal tersebut jika kau memiliki
kecerdasan dan pemahaman.
Persahabatan
dan orang yang pantas dijadikan sahabat
[45] Jangan kau temani orang yang keadaannya tidak
membuatmu bersemangat dan ucapannya tidak membimbingmu ke jalan ALLAH.
[46] Bisa jadi, perbuatan burukmu tampak baik dimatamu
karena persahabatanmu dengan orang yang lebih buruk daripada dirimu.
Zuhud
adalah faktor terbesar dalam menumbuhkan amal.
[47] Amal sedikit dari hati yang zaahid tidak bisa
dikatakan sedikit. Amal banyak dari hati yang tamak tidak bisa dikatakan
banyak.
[48] Sebaik-baiknya amal adalah amal yang dihasilkan
dari sebaik-baiknya ahwaal (keadaan batin) dan sebaik-baik ahwaal adalah ahwaal
yang dihasilkan dari kemapanan maqaam-maqaan yang diraih.
Zikir
adalah jalan terdekat menuju ALLAH
[49] Janganlah kau meninggalkan zikir (mengingat
ALLAH) hanya karena ketidakhadiran hatimu di hadapan ALLAH saat berzikir!
Kelalaianmu dari zikir kepada-NYA lebih buruk daripada kelalaianmu disaat
berzikir kepada-NYA. Semoga ALLAH berkenan mengangkatmu dari zikir yang
disertai kelalaian menuju zikir yang disertai kesadaran. Dari Zikir yang disertai
kesadaran menuju zikir yang disertai hadirnya hati. Dari zikir yang disertai
hadirnya hati menuju zikir yang mengabaikan selain yang diingat (ALLAH). “ Dan
yang demikian itu bagi ALLAH tidaklah sukar”. (QS. Ibrahim 14:20)
Tanda-tanda
matinya hati
[50] Diantara tanda matinya hati adalah tidak adanya
perasaan sedih atas ketaatan yang kaulewatkan dan tidak adanya perasaan
menyesal atas kesalahan yang kaulakukan.
[51] Jangan sampai dosa yang kauanggap besar
menghalangimu untuk berbaik sangka kepada-NYA. Siapa yang mengenal Tuhannya
akan menganggap dosanya kecil jika dibandingkan dengan kemurahan-NYA.
[52] Tidak ada dosa kecil jika kau dihadapkan pada
keadilan-NYA dan tidak ada dosa besar jika kau dihadapkan pada karunia-NYA.
Amal
yang paling diterima
[53] Tiada amal yang lebih berpeluang diterima daripada
amal yang tidak kau sadari dan tidak berarti di matamu.
[54] Datangnya ilham dari ALLAH kepadamu tak lain agar
kau mendatangi-NYA.
[55] ALLAH memberikanmu ilham untuk menyelamatkanmu
dari cengkraman materi dan membebaskanmu dari perbudakan hawa nafsu.
[56] ALLAH memberimu ilham untuk mengeluarkanmu dari
penjara wujudmu dan membawamu ke angkasa penyaksianmu.
[57] Cahaya adalah kendaraan hati dan rahasia jiwa.
Cahaya
adalah tentara hati dan kegelapan adalah tentara nafsu
[58] Cahaya adalah tentara kalbu dan kegelapan adalah
prajurit nafsu. Jika ALLAH ingin menolong hamba-NYA, ALLAH akan membantunya
dengan bala tentara cahaya dan memutus bantuan prajurit kegelapan.
[59] Cahaya bisa menyingkap, mata hati dapat
mengetahui, sedangkan hati bisa menerima dan menolak.
[60] Janganlah senang lantaran kau bisa melakukan
ketaatan, etapi senanglah lantaran ketaatan itu dikaruniakan ALLAH kepadamu. “Katakanlah,
‘berkat karunia dan rahmat ALLAH-lah hendaknya mereka bergembira. Itu lebih
baik daripada apa yang mereka kumpulkan’” (QS. Yunuus 10:58)
[61] Allah membuat orang – orang yang tengah menuju
kepada-NYA (saa’iruun) dan orang – orang yang telah sampai kepada-NYA
(waashiluun) tidak mampu melihat amal dan keadaan (ahwaal) mereka karena para
saa’iruun belum benar-benar ikhlas dalam amal kepada mereka dan karena pada
waashiluun terlalu sibuk melihat Tuhan mereka.
Salah
satu penyebab utama kehinaan diri adalah ketamakan
[62] Tidaklah tumbuh dahan – dahan dalam kehinaan,
kecuali dari benih ketamakan.
[63] Tak ada yang dapat mengendalikanmu sehebat angan –
angan
Kecewa
terhadap Sesuatu adalah kemerdekaan dari perbudakannya.
[64] Kau merdeka dari segala yang tidak kauinginkan
dan kau budak dari segala yang kauinginkan.
[65] Siapa yang tidak mendekat kepada ALLAH, padahal
sudah dihadiahi berbagai kenikmatan, akan diseret (agar mendekat) kepada-NYA
dengan rantai cobaan.
[66] Siapa yang tidak menyukuri nikmat, akan
kehilangan nikmat itu. Siapa yang mensyukurinya, berarti telah mengikat nikmat
itu dengan tali yang kuat.
[67] Berhati-hatilah bila kebaikan ALLAH selalu
kaudapatkan bersamaan dengan maksiat yang terus kau lakukan! Berhati-hatilah !
Bisa jadi, itu adalah awal kehancuranmu yang berangsur-angsur. ALLAH SWT berfirman,
“Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (kearah kebinasaan) dengan cara
yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al A’raf 7:182).
Sanksi
yang ditangguhkan bisa jadi merupakan ISTIDRAAJ (Sanksi yang ditimpahkan secara
perlahan)
[68] Di antara tanda kebodohan seorang muriid adalah
jika bersikap tidak sopan, tetapi hukuman untuknya ditangguhkan, ia justru
berkata “Jika ini adalah sikap tidak sopan, tentu aku sudah tidak ditolong lagi
dan dijauhi.” Bisa jadi, ia memang sudah tidak ditolong lagi. Namun, ia tidak
menyadarinya karena mungkin bentuknya hanya berupa tidak ditambahnya
pertolongan. Bisa jadi pula sebenarnya ia telah dijauhi. Namun, ia tidak
menyadarinya karena mungkin bentuknya hanya berupa pembiaran dirinya dengan
keinginannya.
Dua
macam hamba ALLAH : Muqarrabiin dan Abraar
[69] Jika kau pandang sebelah mata seorang hamba yang
telah ditetapkan, dilanggengkan, dan ditolong ALLAH dalam melaksanakan berbagai
wirid, hanya karena kau tidak melihat dalam dirinya tanda orang-orang ‘Aarif
atau kegenitan kaum pencinta Tuhan. Sebab, kalau tidka ada limpahan karunia
ALLAH, tentu wirid itu tidak akan ada.
[70] Ada orang-orang yang ALLAH tetapkan untuk
melayani-NYA. Ada pula orang-orang yang ALLAH pilih untuk mencintai-NYA. “Kepada
tiap-tiap golongan, baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan bantuan
dan kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidaklah terbatas. (QS. Al-Israa’
17:20).
Menjawab
semua yang ditanyakan adalah kebodohan
[71] Bukti kebodohan seseorang hamba adalah selalu
menjawab pertanyaan, menceritakan semua yang dilihat dan menyebut semua yang
diketahui.
ALLAH
menjadikan akhirat sebagai balasan bagi para kekasih-NYA, karena dunia tidak
mungkin bisa menampung balasan itu
[72] ALLAH menjadikan negeri Akhirat sebagai tempat
memberi balasan kepada para hamba-NYA yang beriman karena negeri (dunia) ini
tidak bisa menampung pemberian yang DIA kehendaki kepada mereka. Juga karena DIA
hendak memuliakan mereka dengan tidka mau memberikan balasan di negeri yang
tidka kekal ini.
Tanda
tanda diterimanya sebuah Amal
[73] Siapa yang merasakan buah amalnya di dunia, maka
itu bukti bahwa amalnya diterima di akhirat.
[74] Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi
ALLAH, perhatikanlah dimana DIA menempatkanmu.
[75] Ketika ALLAH menganugerahimu ketaaatan dan engkau
merasa cukup dengan-NYA, berarti DIA telah mencurahkan nikmat-NYA, lahir dan batin.
[76] Sebaik-baik yang kau minta kepada-NYA adalah apa
yang DIA tuntut darimu.
[77] Sedih karena kehilangan kesempatan berbat
ketaatan, namun tanpa disertai upaya untuk bangkit mengerjakannya, merupakan
salah satu tanda ketertipuan.
[78] Tidak disebut ‘Aarif orang yang jika memberikan
isyarat, ia merasa ALLAH lebih dekat daripada isyaratnya. Namun, orang ‘Aarif
adalah orang yang tidak mempunyai isyarat karena telah sirna dalam wujud-NYA
dan lenyap dalam penyaksian terhadap-NYA.
Perbedaan
antara harapan dan angan - angan
[79] Harapan mesti disertai amal. Jika tidak, ia
hanyalah angan – angan.
Keinginan orang-orang ‘Aarif adalah penghambaan yang
sebenarnya
[80] Yang diminta seorang ‘Aarif dari ALLAH adalah
ketulusan dalam beribadah dan pemenuhan hak-hak Tuhan-NYA.
[81] Dia memberimu kelapangan agar kau tidak terus
berada dalam kesempitan. Dia memberimu kesempitan agar kau tidak terus berada
dalam kelapangan. Dia mengeluarkanmu dari kedua kondisi itu agar kau tidka
tergantung kepada selain-NYA.
Orang-orang
‘Aarif lebih mengkhawatirkan kelapangan daripada kesempitan
[82] Kaum ‘Aarif lebih khawatir ketika diberi
kelapangan daripada ketika diberi kesempitan karena yang bisa menjaga etika
saat berada dalam kelapangan hanyalah sedikit.
[83] Semasa lapang, nafsu bisa mempunyai andil melalui
rasa gembira. Semasa sempit, nafsu tidak bisa mempunyai andil apa-apa.
[84] Bisa jadi, ALLAH memberimu (kesenangan dunia),
namun menghalangimu (dari taufik-NYA). Bisa pula DIA menghalangimu (dari
kesenangan dunia), namun memberimu (taufik).
[85] Ketika DIA membukan pintu pemahaman kepadamu
tentang mengapa kau tidak diberi, hal itu merupakan bentuk pemberian.
[86] Secara lahiriah, alam ini adalah sebuah tipuan,
namun secara batiniah, ia merupakan sebuah pelajaran. Dan nafsu senantiasa
melihat pada lahirnya yang menipu, sedangkan kalbu senantiasa melihat kepada
batinnya yang memberi pelajaran.
[87] Jika engkau menginginkan kemuliaan yang abadi,
jangan membanggakan kemuliaan yang fana.
[88] Perjalanan singkat yang sesungguhnya adalah bila
kau memperpendek jarak dunia sehingga engkau dapat melihat akhirat lebih dekat
kepadamu.
[89] Pemberian dari makhluk adalah keterhalangan,
sedangkan penangguhan pemberian dari ALLAH merupakan karunia.
[90] Mustahil ALLAH menangguhkan balasan pahala bagi
hamba yang beramal baik kepada-NYA secara kontan.
[91] Cukuplah sebagai balasan ALLAH atas ketaatanmu
ketika DIA meridhoimu sebagai pelaku ketaatan.
[92] Cukuplah sebagai balasan bagi orang-orang yang
beramal apa yang membuat hati mereka terbuka pada ketaatan dan apa yang membuat
hati mereka puas karena dekat dengan-NYA.
Ibadah
yang cacat
[93] Siapa yang beribadah karena mengharap sesuatu
dari ALLAH atau untuk menghindari hukuman-NYA berarti belum menunaikan hak-hak
sifat-NYA
Penolakan
bisa jadi adalah pemberian
[94] Ketika DIA memberimu, DIA mempersaksikan kebaikan–NYA.
Ketika DIA tidak memberimu, Dia memperlihatkan keperkasaan-NYA. Pada semua itu,
DIA memperkenalkan diri kepadamu dan mendatangimu lewat kelembutan-NYA.
[95] Yang membuatmu sakit ketika tidka diberi adalah
karena engkau tidak memahami hikmah ALLAH di dalamnya.
[96] Adakalanya Dia membukakan pintu ketaatan untukmu,
namun tidak membukakan pintu penerimaan. Adakalanya DIA menetapkanmu berbuat dosa,
namun ternyata dosa itu menjadi sebab kau sampai kepada-NYA.
Maksiat
yang melahirkan kehinaan lebih baik daripada taat yang mengakibatkan
kesombongan.
[97] Maksiat yang melahirkan rasa hina dan kekurangan
lebih baik daripada ketaatan yang melahirkan rasa bangga dan kesombongan.
Dalam
kemunculan dan kelestariannya, Alam membutuhkan ALLAH
[98] Dua macam nikmat yang pasti dialami dan dirasakan
oleh semua mahluk : Nikmat penciptaan dan nikmat pemenuhan kebutuhan.
[99] Mula – mula, DIA memberimu nikmat penciptaan,
lalu memenuhi semua kebutuhan secara terus – menerus.
Amal
yang paling diterima
[100] Ketergantungan kepada ALLAH adalah hakikatmu.
Sedangkan munculnya sebab-sebab ketergantungan adalah pengingat akan hakikatmu
yang tak kausadari itu. Dan ketergantunganmu yang bersifat hakiki itu tak akan
mungkin pernah terpenuhi oleh sesuatu yang nisbi.
[101] Sebaik-baik waktumu adalah ketika kau menyadari
betapa tergantungnya dirimu kepada ALLAH dan berapa hinanya dirimu
[102] Apabila ALLAH telah membuatmu jemu dengan
mahluk, ketahuilah bahwa DIA hendak membukakan untukmu pintu kemesraan
dengan-NYA
[103] Ketika lisanmu digerakkan untuk meminta, berarti
DIA hendak memberimu.
Kebutuhan
orang ‘Aarif terhadap ALLAH tidak pernah hilang
[104] Seorang ‘Aarif selalu merasa butuh pada-NYA dan
hanya merasa tenang jika bersama-NYA.
[105] Allah menerangi alam lahir dengan cahaya
makhluk-NYA dan menerangi relung batin dengan cahaya sifat-sifat-NYA. Cahaya
alam lahir terbenam, dan cahaya hati tak akan pernah padam. Karena itu, seorang
penyair berkata, “Matahari siang terbenam dengan datangnya malam, matahari hati
takkan pernah sekalipun menghilang”.
Penawar
pedihnya cobaan
[106] Agar ujian terasa ringan, engkau harus mengetahui
bahwa ALLAH-lah yang memberimu ujian. Dzat yang menetapkan beragam takdir atasmu
adalah Dzat yang selalu memberimu pilihan terbaik.
Salah
satu tanda lemahnya iman adalah tidak melihat lembutnya takdir
[107] Siapa yang mengira kelembutan-NYA terlepas dari
takdir (kekerasan)-NYA, berarti ia memiliki pandangan yang sempit.
[108] Bukan ketidakjelasan jalan yang dikhawatirkan
dari dirimu. Yang dikhawatirkan adalah menangnya hawa nafsu atas dirimu.
[109] Mahasuci Dzat yang merahasiakan keistimewaan
(seorang wali) dengan menampakkan sifat-sifat kemanusiaannya yang biasa dan
keagungan rububiyyah-NYA terlihat ketika DIA memperlihatkan kehambaan makhluk.
Salah
satu sikap sopan seorang hamba terhadap ALLAH adalah tidak menanguhkan
permintaan-NYA manakala DIA menangguhkan permintaannya.
[110] Jangan menuntut Tuhan lantaran permintaanmu
terlambat dikabulkan. Namun, tuntutlah dirimu lantaran terlambat melaksanakan
kewajiban.
[111] Ketika secara lahir ALLAH menjadikanmu taat
melaksanakan perintah dan secara batin menganugerahkan sikap pasrah kepada-NYA,
berarti DIA telah melimpahkan nikmat yang besar padamu.
[112] Tidak setiap orang yang memperoleh keistimewaan
sepenuhnya terbebas dari dorongan nafsu.
Menghendaki langgengnya wirid lebih
baik daripada langgengnya karamah
[113] Hanya orang bodoh yang meremehkan wirid.
Limpahan karunia-NYA (waarid) terus ada hingga negeri akhirat, tetapi wirid
terhenti dengan selesainya dunia. Maka dari itu, yang paling perlu mendapat
perhatian adalah yang tidak ada gantinya di akhirat (yaitu wirid). ALLAH-lah
yang menuntut wirid darimu, sedangkan engkau yang menuntut karunia dari-NYA.
Oleh karena itu, sungguh jauh perbedaan antara apa yang DIA tuntut darimu dan
apa yang kautuntut dari-NYA.
[114] Datangnya bantuan ALLAH sesuai dengan tingka
kesiapan dan terbitnya cahaya sesuai dengan kadar kejernihan jiwa.
Perbedaan antara orang yang berakal
dan orang yang lalai dalam mengesakan ALLAH
[115] Orang lalai memulai harinya dengan memikirkan,
apa yang harus dia kerjakan. Sementara itu, orang berakal merenungkan, apa yang
akan Tuhan lakukan terhadapnya.
[116] Para ‘Aabid dan Zaahid merisaukan segala sesuatu
karena mereka belum melihat ALLAH dalam segala sesuatu. Kalau mereka
melihat-NYA dalam segala sesuatu, tentu mereka tak akan risau oleh sesuatu pun.
[117] DIA memerintahkanmu di dunia ini untuk
merenungkan ciptaan-NYA dan di akhirat DIA akan menyingkapkan untukmu
kesempurnaan Dzat-NYA.
[118] DIA mengetahui bila engkau tidak sabar ingin menyaksikan-NYA.
Oleh karena itu, DIA memperlihatkan kepadamu apa yang bersumber dari-NYA.
Beragamnya bentuk ketaatan agar
tidak membosankan.
[119] Karena ALLAH mengetahui bahwa engkau mudah jemu,
DIA membuat bermacam – macam cara taat untukmu. Karena ALLAH mengetahui bahwa
engkau rakus, DIA membatasi ketaatan itu hanya pada waktu-waktu tertentu agar
perhatianmu tertuju pada kesempurnaan shalad, bukan pada adanya shalad karena
tidak semua orang yang sholad dapat menyempurnakan shaladnya.
Manfaat – manfaat Shalad
[120] Shalad adalah pembersih hati dari kotoran dosa
dan pembuka pintu kegaiban.
[121] Shalad adalah tempat munajat dan wahana
pembersihan kalbu. Di dalamnya medan rahasia demikian luas dan kilau cahaya
bersinar.
[122] Allah mengetahui kelemahan dirimu sehingga
menyedikitkan bilangan (shalad). Dia juga mengetahui kebutuhanmu terhadap
karunia-NYA sehingga melipatgandakan pahala-NYA.
[123] Ketika kau meminta balasan atas sebuah amal,
sebenarnya kau dituntut di dalamnya. Sudah cukup beruntung bila seseorang selamat
dari siksa-NYA.
[124] Jangan mengharap upah atas amal yang tidak
kaulakukan. Sudah cukup sebagi balasan untukmu jika ALLAH menerimanya.
Karunia ALLAH atas adanya amal
[125] Apabila ALLAH hendak memperlihatkan karunia-NYA
kepadamu, DIA akan mencipta (amal), lalu menisbatkannya kepadamu.
[126] Tiada terhingga keburukanmu jika ALLAH
membiarkanmu. Sebaliknya, tiada pernah berakhir kebaikanmu jika DIA memperlihatkan
kemurahan-NYA atas dirimu.
Larangan mengklaim salah satu sifat
Rubuubiyyah ALLAH
[127] Bersandarlah selalu kepada sifat–sifat Rubuubiyyah
ALLAH (ketuhanan-NYA) dan wujudkanlah sifat-sifat ‘Ubudiyyah-mu (kehambaanmu).
[128] ALLAH melarangmu mengakui hak orang lain yang
bukan milikmu, lalu mungkinkah DIA membolehkanmu mengakui memiliki sifat-NYA,
padahal DIA Tuhan pemelihara alam semesta?
Kejadian-kejadian luar biasa akan
muncul dari orang yang Mujaahadah-nya
luar biasa.
[129] Bagaimana mungkin kau mendapat hal luar biasa,
sedangkan kau belum pernah mengubah kebiasaan burukmu?
[130] Yang harus diperhatikan bukan sekadar meminta,
melainkan bagaimana kau dianugerahi adab yang baik.
Hubungan antara pengabulan dengan
kehinaan dan kebutuhan.
[131] Tiada sesuatu yang lebih menuntutmu, kecuali
kebutuhan mendesak. Tidak ada pula yang dapat mempercepat tibanya pemberian
selain rasa hina dan butuh.
[132] Jika kau yakin bahwa kau akan sampai kepada-Nya
hanya setelah lenyapnya semua keburukanmu dan sirnanya semua hasratmu, kau
selamanya tak akan sampai kepada-NYA. Akan tetapi, jika DIA menghendakimu
sampai kepada-NYA, DIA akan menutupi sifatmu dengan sifat-NYA dan watakmu
dengan watak-NYA. DIA membuatmu sampai kepada-NYA dengan kebaikan yang
diberikan-NYA kepadamu, bukan dengan kebaikan yang kaupersembahkan kepada-NYA.
[133] Kalau bukan karena keindahan tutup-NYA, tentulah
tiada amal yang layak diterima.
[134] Ketika taat, kau lebih membutuhkan belas
kasih-NYA daripada ketika melakukan maksiat.
Dua macam perlindungan ALLAH
[135] Tutup (perlindungan) ALLAH ada dua : tutup yang
menghalangi perbuatan maksiat dan tutup ketika melakukan maksiat. Manusia pada
umumnya berharap supaya ditutupi dalam melakukan maksiat karena khawatir
derajat mereka jatuh dimata makhluk. Adapun kalangan khusus berharap ditutup
(dicegah) dari perbuatan maksiat karena khawatir kedudukan mereka jatuh dalam
pandangan ALLAH.
[136] Orang yang menghormatimu sebenarnya menghormati
indahnya tutup ALLAH yang diberikan kepadamu. Oleh karena itu, pujian hanya
diberikan kepada Dzat yang Menutupi (aibmu); bukan kepada orang yang menaruh
hormat dan berterima kasih kepadamu.
[137] Sahabat sejatimu adalah bersahabat denganmu
dalam kondisi ia mengetahui aibmu. Tidak lain Ia adalah Tuhanmu yang Maha Pemurah.
Sebaik-baik sahabatmu adalah sahabat yang tidak mengharap keuntungan darimu
Nur Yaqiin
akan mendekatkan akhirat dan memperlihatkan kefanaan dunia
[138] Andaikan cahaya keyakinan menerangi dirimu,
tentu kau akan melihat akhirat lebih dekat denganmu daripada kau berjalan menujunya
dan tentu kau akan menyaksikan keindahan dunia telah diliputi selubung
kebinasaan.
[139] Bukan keberadaan benda yang menghijab dirimu
dari ALLAH. Akan tetapi, yang menghijabmu dari-NYA adalah sangkaan adanya wujud
selain ALLAH.
[140] Andaikan ALLAH tidak tampak di alam, tidak akan
ada pandangan yang tertuju pada-NYA. Andaikan sifat-sifat-NYA terlihat, pasti
alam akan menjadi lenyap.
Segala sesuatu tidak ada, ALLAH-lah
yang menjadikannya ada.
[141] ALLAH menampakkan segala sesuatu karena DIA Maha
Tersembunyi, Dia menutupi keberadaan segala sesuatu karena DIA Mahatampak.
[142] ALLAH membolehkan dirimu melihat apa yang
terdapat di alam, namun tidak mengizinkan dirimu berhenti padanya. Karena itu
dia berkata, “Katakan, perhatikan apa yang terdapat di langit!” (QS. Yunus :
101) bukan berkata, “Perhatikan langit!” agar perhatianmu tidak tertuju pada
benda langit.
[143] Alam ini ada dengan penetapan ALLAH dan ia
lenyap dengan keesaan Dzat-NYA.
[144] Orang-orang memujimu karena apa yang mereka
sangka ada pada dirimu maka celaka dirimu karena apa yang kauketahui ada pada dirimu.
[145] Seorang mukmin, jika dipuji, akan malu kepada
ALLAH karena ia dipuji dengan sifat yang tidak ia dapati pada dirinya.
[146] Sebodoh-bodohnya manusia adalah orang yang
meninggalkan keyakinannya karena mengikuti sangkaan orang-orang.
Orang Zaahid merasa risih dengan pujian manusia, berbeda dengan orang ‘Aarif
[147] Jika kau mendapat pujian, sedangkan kau tidak
layak atasnya, pujilah ALLAH sebagai Dzat yang memang layak menyandangnya.
[148] Jika kaum zuhud mendapat pujian, hati mereka
resah karena mereka melihat pujian tersebut berasal dari makhluk. Ketika kaum ‘Aarif
dipuji, hati mereka senang karena mereka melihatnya berasal dari ALLAH, Raja
yang Maha Benar.
[149] Apabila kau gembira ketika diberi karunia
oleh-NYA dan kecewa saat ditolak-NYA, simpulkanlah bahwa itu adalah bukti dari
kekanak-kanakanmu dan ketidaktulusan penghambaanmu.
[150] Jika kau terjatuh pada dosa, janganlah hal itu
membuatmu putus asa untuk beristikamah bersama Tuhanmu karena bisa jadi itulah
dosa terakhir yang ditetapkan atasmu.
[151] Jika kauingin dibukakan pintu asa, lihatlah
karunia-NYA kepadamu. Namun, jika kau ingin dibukakan pintu takut, lihatlah
amal yang kaupersembahkan untuk-NYA.
[152] Boleh jadi ALLAH memberimu manfaat pada saat
malam kesempitan yang tidak kaudapatkan pada saat siang kelapangan. “Kalian tidak
mengetahui mana yang lebih bermanfaat bagi kalian.” (QS. An-Nisa 4:11).
[153] Tempat terbitnya cahaya Illahi adalah hati dan
relung batin.
[154] Cahaya yang tersimpan di dalam kalbu bersumber
dari cahaya yang datang dari perbendaharaan ghaib.
[155] Ada cahaya yang menyingkap makhluk-NYA dan ada
cahaya yang menyingkap sifat-sifat-NYA.
[156] Bisa jadi hati terhenti pada cahaya – cahaya,
sebagaimana terhijabnya jiwa oleh gelapna bayang-bayang ciptaan.
[157] Dia menutup cahaya batin dengan tebalnya perbuatan
lahir untuk memuliakannya agar ia tidak menjadi murah lantaran mudah terlihat
orang dan tidak diseru dengan lisan yang menyebutkan ketenarannya.
Insya Allah Bersambung ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar